Selasa, 07 Desember 2010

Let's Start Talking About LOVE! : SD

Dag, dig, dug.
Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan detak jantungku yang kian melonjak seiring kakiku melangkah ke ruang kelas baruku.

SD, singkatan dari Sekolah Dasar (yaiyalah) yang setiap kali kuucapkan, selalu saja menimbulkan perasaan takut dan gundah.
Apa nanti teman-teman akan menerimaku? Apa prestasiku akan beranjak baik? Apa guruku nanti bisa merangkap sebagai orang tuaku juga nenekku? (lohh)

Tapi, ada satu pertanyaan yang sudah berurat nadi di pikiranku, "Apakah perjalanan cintaku akan berjalan mulus?"

Mungkin pertanyaan itu tak pantas diucapkan oleh seorang anak kecil sepertiku, yang notabene baru lulus TK. Jangan heran, karena aku memang anak abnormal (dan aku bangga sekali hehe).


1. Kemoceng
Saat aku masuk kelas 1B, aku langsung menatap mata seorang anak lelaki yang sudah sering kali kulihat, tapi setiap kali menatap matanya, tetap saja ada satu kata yang menghambat langkah kakiku mendekatinya.

TEMAN. Kami hanya teman, dan itu tak bisa dipungkiri, karena ibunya juga berteman dengan mamaku.

Dia adalah Kemoceng, yang entah kenapa, langsung tersenyum sumringah saat aku berjalan pelan menghampirinya. Hampir aku tersandung kaki meja. Wow! Amazing! Baru kali ini aku melihatnya tersenyum sesenang itu padaku. Mungkin karena biasanya ia di bawah tekanan dari teman-teman genit kami waktu di TK.

Senyum itu membawa harapan bagiku, melengkapi satu kata itu dengan kata lainnya, menjadi frase yang sangat indah. TEMAN BAIK. Aku akan menunggu samapi frase itu berubah jadi kata yang tak kalah indahnya, SAHABAT.

2. Sapu Ijuk
Amazing. Saat aku naik ke kelas 3, aku kembali ke jemputanku yang lama, kepunyaan Pak Suti. Tadinya, aku sedikit kesel sama si supir, Pak Suti itu. Di posting lain, akan kuceritakan supir satu ini.

Tak bisa digambarkan perasaanku, saat aku naik jemputan itu, aku langsung melihat sesosok anak lelaki yang duduk paling dekat dengan pintu. Dia melirik sedikit, tanpa ekspresi, tapi yang bisa kutangkap saat itu hanyalah wajahnya yang, ehm, cuakep. Ada 'u'-nya, jangan lupa.

Ternyata dia orang Batak, sama denganku. Hehe. Apalagi umurnya 2 tahun lebih tua dariku, kelas 4.
Kenapa 2 tahun lebih tua? Heh, enak aja, bukan karena aku gak bisa ngitung. Umurku memang lebih muda 1 tahun dari teman sekelasku karena aku masuk sekolah terlalu cepat 1 tahun.

Belum selesai cerita. Waktu itu, aku sedang menggambar di kelas 4C, karena ruang kelas kami sedang dibersihkan, jadi kami harus pindah ke kelas lain yang kosong. Dan jodohnya, kelas 4C itu ternyata kelasnya. Tapi, ia masih olahraga. Setengah jam berlalu, aku masih menggambar planet-planet, saat derap kaki melangkah ke ruangan itu, menandakan mereka sudah kembali. Saat itu, kulihat dia mengambil botol air minum di 2 kursi di depanku, dan dengan senyum lebarnya, dia melambai, sambil berkata, "Hei. Ketemu lagi!"

God, sumpah, itu momen drama abis.

Gak tanggung-tanggung, saat aku sedang mengejek teman sejemputanku yang sekarang kelas 7 di SMP-ku, Adolfo, aku langsung digebrak habis-habisan oleh manusia cuakep pake'u' yang sedang menjelma jadi setan alas.
"Woy, lu ngapain temen gua, hah?"
"Emang dia temen lu? Orang dia temen gua kok!"
"Temen lu berarti temen gua juga!"
Hey. Ada yang bisa bantu aku mencerna kalimat ini?
Itu artinya ada 2 :
1. Hanya sekedar memberi proove atas point yang mengatakan bahwa Adolfo adalah temannya
atau
2. Sinyal-sinyal hati merah jambu. "Temen lu berarti temen gua juga" itu kan kalimat buat orang pacaran yang lagi berantem? Astaga. Amazing.

Satu kejadian lagi. Waktu itu, aku sedang diejek oleh abangku yang emang manusia rese, kita singkat mase, yang sumpah nyolot abis. Tapi baik. Tapi enggak. Tapi baik. Tapi kadang-kadang. Halah~

Nah, katanya, "Bulu dede panjang-panjang amat sih, hah?" (kan, rese banget kan)
Langsung aku merapikan bulu-buluku seraya bergaya iklan sabun mandi.
Nah, ini dia momen yang film abis, si cuakep pake 'u' berkata, "Gua suka tuh, kalo bulunya panjang terus dilurusin." kata-kata ini...
My God, aku jadi cinta mati sama kedelapan kata itu. (Saat ini aku yakin kamu lagi ngitung apa bener kata-katanya ada 8, heheh)

Intinya, dia suka sama aku buluku. Wow. Amazing.

3. Darah Mimisan
Waktu aku kelas 5, aku sempat suka sama seseorang yang normal. Wajahnya putih mulus, kakinya panjang, badannya proporsional, matanya sendu, pipinya tembam, lesungnya amasing banget.
Tapi sayang, dia hanya kakak kelas yang cuma bisa aku lihat dari kejauhan, cuma bisa aku dengar dari gosip teman-teman, cuma bisa aku rasakan saat aku harus menerobos barisan anak-anak kelas 6 karena aku harus buru-buru baris di depan kelas 5 yang letaknya di sebelah kelasnya karena aku tidak sempat naik tangga satu lagi yang harus menerobos barisan kelas 4.

4. Waslap
Kelas 6, saat hampir lulus, saat kakak-kakak kelas sudah pergi, aku hanya bisa seperti pungguk merindukan bulan terhadap seorang lelaki yang kusukai, padahal jelas-jelas dia satu angkatan denganku.
Dia tinggi dan atletis. Entah karena dia cakep atau karena dia baik, aku jadi menyukainya. Akupun tidak tahu sama sekali kisah-kisahnya. Yang kutahu hanya dia dan dia.
Dia, dia, dan dia.
__________________________________________________________________________________

Saat aku hendak membuka lembaran baru di SMP, yang kurasa tepat menjadi alasanku untuk mencari cinta-cinta baru adalah : patah hati.

Kembali kurasakan sakit di bawah leher -loh-, bukan, maksudnya di hati, saat aku kehilangan harapan lagi, untuk kesekian kalinya.


1. Kemoceng
Seperti biasa, pasrah. Semenjak kami berpisah di kelas 2 SD, semuanya terasa hambar. Lambat laun aku pun mulai sadar, bahwa dia adalah orang yang tak pernah bisa kugapai. Kata yang sempat kuharapkan darinya hanya benar-benar jadi harapan belaka. TEMAN BAIK yang takkan pernah jadi sahabat. Mustahil...

2. Sapu Ijuk
Waktu kelas 5, aku pindah jemputan. Jemputan ini terasa lebih hidup karena terdiri dari segala usia. TK, SD, SMP, bahkan ada yang hampir lulus SMA. 


Tapi, satu hal yang kusesalkan di jemputan ini adalah, aku tahu bahwa sebelumnya Sapu Ijuk sudah punya pacar dari kelas 5. Dan pacarnya itu dekat denganku. Dan aku harus rela menjadi figuran di kisah mereka.

Tapi TIDAK di kisahku sendiri. Aku memutuskan, daripada berandai-andai, lebih baik aku mencari cinta baru yang lebih pasti.

3. Darah Mimisan
Ternyata aku memang hanya manusia bodoh. Bukannya kepastian, aku malah menemukan cinta yang lebih tidak jelas lagi. Kakak kelas yang populer dan terkenal? Jangan harap.
Tapi, setidaknya ini lebih baik. Aku hanya harus melupakannya karena dia lulus. Tidak seperti Sapu Ijuk yang sempat membekas lalu hilang begitu saja. Dasar manusia, apa yang bisa kuharapkan dari orang-orang brengsek yang membuatku jatuh cinta, tanpa mempertanggung jawabkannya.

4. Waslap
Bukan salahnya jika aku kecewa, toh ini karena aku yang memang kuper sehingga tidak tahu berita-berita tentang siapa yang pernah disukainya.
Terlambat aku tahu, sehingga aku tidak sempat mempersiapkan hatiku untuk menerima sakit yang luar biasa.
Lagi-lagi, aku patah hati...

Dari semua kisah ini, aku tahu bahwa keahlianku cuma menyukai, berharap, kecewa, dan akhirnya patah hati.
Aku benar-benar rapuh akan cinta yang dengan mudahnya menembakkan pelurunya dan bersarang di hatiku.
Mungkin berharap memang tidak menyakitkan, tapi ada satu harapan yang kurasa mustahil.
HARAPAN AKAN CINTA.

Thanks and keep on reading, gals!

"Gua suka tuh, kalo bulunya panjang terus dilurusin."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar